Pada zaman penjajahan bangsa asing di negeri ini,
pemerintah kolonial melarang para wanita untuk menuntut ilmu, hanya kaum lelaki
bangsawan saja yang berkesempatan untuk menuntut ilmu. Akibatnya, kaum wanita hanya menguasai
pengetahuan seputar, dapur, sumur dan kasur. Terlebih lagi doktrin yang memang
ditanamkan oleh para orangtua zaman itu bahwa wanita tak perlu belajar kecuali
seputar 3 M (masak, macak, manak).
Namun kini zaman sudah
semakin maju, menuntut ilmu bagi wanita kini bukan lagi hal yang tabu, bahkan
kalau bisa seorang wanita tak boleh berhenti belajar. Loh? Kenapa seorang
wanita harus belajar setinggi langit kalau nanti larinya ke dapur juga? Sia-sia
dong yang dipelajari. Begitulah
kira-kira pemikiran sebagian orang tentang kodrat seorang wanita. Pemikiran yang sangat salah! Tak ada yang sia-sia untuk seorang wanita
yang berpendidikan. Wanita yang
mengenyam pendidikan mempunyai bekal lebih banyak untuk mendidik putra-putrinya
menjadi generasi yang tangguh.
Seorang ibu dan seorang
istri harus pintar, mengapa demikian?
Ada 5 alasan utama mengapa seorang istri harus pintar, yaitu:
1. Istri adalah ibu bagi anak-anak
mereka. Sebagai ibu, dia memiliki waktu
interaksi dengan anak lebih banyak di banding seorang ayah (umumnya). Beliau adalah guru pertama bagi seorang
anak. Di pundaknya seorang ayah
mempercayakan anaknya untuk dididik agar memiliki ilmu agama dan prilaku yang
baik sebelum dia mampu berinteraksi dengan masyarakat. Untuk bisa menjadi
seorang pendidik, dia harus mempunyai ilmu, harus punya stratak. Bagaimana cara dia membujuk seorang anak yang
picky eater agar mau menyantap makanan yang disajikan, tentu akan bisa dilihat
perbedaannya. Seorang wanita yang
berpendidikan takkan mudah menyerah pada kecerdikan seorang anak menolak
makanan. Tapi, bila dia tidak pintar dan
tidak menguasai pendekatan yang tepat, yang terjadi adalah emosi tingkat
tinggi, bahkan tak jarang tanpa disadari tangannya akan menyakiti buah hatinya
sendiri.
2.Istri adalah partner suami, tidak hanya
sebagai lawan tanding di ranjang, seorang istri harus bisa menjadi teman
diskusi yang asik. Lalu bagaimana dia
bisa menjadi partner diskusi yang baik kalau wawasannya hanya seputar dapur,
sumur dan kasur? Tentu akan membuat
suami jenuh dan akibatnya mencari partner diskusi lain di luar. Berawal dari teman diskusi biasa, lama-lama
tumbuh rasa suka, lalu saling tergoda dan menggoda. Ini adalah bahaya laten! Setiap hari suami
kita selalu belajar tentang berbagai hal terkait bidang kerjanya ataupun
perkembangan bisnis, sementara wanita
dituntut untuk bisa mengelola keuangan rumah tangga, dan ini butuh kepintaran.
3. Seorang istri harus kreatif, dia harus
bisa menyulap segala hal menjadi sesuatu yang bermanfaat. Mampu membaca peluang
bisnis, sehingga dapat membantu perekonomian keluarga. Mengelola ruang yang
sempit agar cukup dihuni dan nyaman, untuk bisa seperti ini dibutuhkan ilmu!
Itu sebabnya seorang istri tak boleh berhenti belajar
4. Seorang istri harus pintar merawat diri,
pintar mengambil hati suami, pintar melayaninya dan membaca situasi. Tujuannya satu, untuk menciptakan rumahtangga
yang harmonis. Dia juga harus menguasai
ilmu pengobatan, ketrampilan memasak, mendongeng dan mengaji, dan semua ini
bukan simsalabim! Semua ada sekolahnya.
5. Seorang istri harus pandai berdebat,
sebab yang dihadapi adalah generasi-generasi cerdas yang kritis, dan tanpa ilmu
seorang istri dan ibu akan sulit menemukan jawaban dari setiap pertanyaan yang
terlontar dari celoteh-celoteh spontan buah hatinya yang beranjak besar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar