Malam ini,
ingin kutorehkan cerita tuk temani malam-mu. Kugoreskan penaku di atas kertas
putih bertuliskan namamu. Cerita tentang kita, tentang indahnya persahabatan
yang kita jalani.
"Bhai! aku merindukan dirimu malam ini, seperti malam-malam yang lalu, hingga musim yang akan berganti. Tahukah kamu? Rasa ini begitu jelas tercipta"
"Bhai! aku merindukan dirimu malam ini, seperti malam-malam yang lalu, hingga musim yang akan berganti. Tahukah kamu? Rasa ini begitu jelas tercipta"
Kuletakkan penaku sejenak, pelan kuhirup udara malam yang terasa kian
panas, membuat sekujur tubuhku bermandi peluh.
Kucoba memeras ingatanku tentangmu, tentang sosokmu di awal perkenalan
itu. Mengingat kembali caramu melempar pandang padaku, serta rayuan manis di
antara gelak canda yang kau lontarkan.
"Bhai, adakah kau masih terjaga malam ini? Temani aku merajut cerita indah
tentang kita. Kisah manisnya cinta semanis madu yang tak sengaja tercipta.
Tentang hati, tentang, jiwa dan tentang kesetian pada sebuah komitmen
Ada geliat
rindu yang kurasa, saat kau ucapkan kata selamat jalan. Saat tatapan matamu
yang teduh memandangku hangat dan jemarimu enggan melepas tanganku. Getar-getar
aneh yang dahulu pernah hinggap seketika menjalar dalam aliran darahku, panas,
dengan debar jantung yang tak beraturan. Aku sungguh terbakar, terbakar oleh
rasa itu. Rasa yang pernah singgah di hatiku. Rasa yang tercipta saat jalinan
itu ada.
Aku menunggumu di tepi batas harapan
Memanggilmu dengan denting dawai sang bayu
Menarikmu ke alam sadarmu
mengubah gelap menjadi terang
Memanggilmu dengan denting dawai sang bayu
Menarikmu ke alam sadarmu
mengubah gelap menjadi terang
Bagaimana
aku bisa memancing bintang
Bila awan hitam menyelimuti langit malam dan langitpun menangis pilu
Sementara rembulan pun enggan menyapa
Diam membisu
Bila awan hitam menyelimuti langit malam dan langitpun menangis pilu
Sementara rembulan pun enggan menyapa
Diam membisu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar