De Colonial Resto, Tempat Nongkrong Asik di Villa Victoria Boutiqe
Villa Victoria Boutiqe |
Tak terasa kita telah tiba di penghujung tahun, dan seperti biasa setiap akhir tahun kota Malang diguyur hujan yang cukup deras. Letak kota Malang yang berada di dataran tinggi membuat suasana sore itu semakin sejuk dengan kehadiran rinai hujan. Kami pun memutuskan untuk menepi di sebuah bangunan mirip sebuah pertokoan yang ternyata adalah sebuah penginapan berkonsep boutiqe bergaya kolonial. Semakin didekati semakin kami tertarik untuk masuk. Ornamen bangunan hotel yang dilengkapi dengan kincir angin serta rumah-rumah bergaya Belanda di bagian atas hotel memberi kesan colonial modern dengan warna warni cat yang cantik. Sesampai di teras hotel tampak beberapa set meja kursi berjajar, jika pengunjung pandai mencari angel foto, spot ini bisa menjadi spot foto yang menarik.
Loby Yang Nyaman |
Kami melanjutkan langkah kami masuk menuju front office, meja resepsionis panjang khas hotel kokoh berdiri di hadapan kami, di atasnya terdapat beberapa tumpuk kopi hasil bumi sang Owner. Kopi bubuk tersebut berasal dari biji kopi yang ditanam di wilayah Dampit Malang. Aromanya cukup khas. Kopi ini bisa kita beli untuk oleh-oleh loh. Di depan meja front office terdapat kursi panjang untuk menunggu sambil bersantai sejenak. Nuansa putih menghiasi interior hotel yang didesain modern minimalis. Namun karena udara dingin cukup menggelitik, saya mengajak team Kedai Blogger Pintar untuk duduk di De Colonial Resto tuk menikmati secangkir hot tea dan beberapa cemilan ringan, salah satunya Bala-bala.
Bala-bala bukan tolak bala yaa. Kata Bala-bala ini digunakan oleh masyarakat sunda untuk menyebut gorengan yang terbuat dari tepung, telur, irisan kubis, toge , daun bawang dan wortel. Makanan ini sebenarnya berasal dari Cina dengan nama asli Bakwan. Bak sendiri dalam bahasa Cina mengandung arti daging, kemudian terjadinya akulturasi budaya menghadirkan inovasi dari segi menu, yang tadinya bakwan berisi sayuran dan daging udang lalu digoreng, berganti menjadi sayuran (orang sunda suka sekali sayuran) yang digoreng dengan tepung dan bumbu bawang putih, merica, garam dan gula hingga krez-krezz saat digigit. Menu ini disajikan dengan sambel petis yang cukup kuat petisnya sehingga terasa nikmat.. meskipun sebenarnya ditemani cabai rawit hijau juga sudah enak.
Menikmati sepotong bala-bala ditemani secangkir minuman hangat membuat dinginnya udara sore itu sedikit menguap. Interior resto yang didesain minimalis dengan hiasan photo hitam putih sejarah kota Malang membuat kami betah duduk berlama-lama di resto sampai rasa lapar hinggap. Kami pun tak kuasa untuk menolak aneka menu yang disajikan oleh chef Sulthon.
"Salah satu menu yang cukup menggoda saya adalah Nasi Goreng Rendang. Tastenya unik. Paduan rempah yang ditumis bersama potongan daging dan nasi sukses mengasilkan aroma yang bikin cacing perut menari kelaparan"
Nasi goreng rendang ini hanyalah satu di antara sekian menu yang bisa kita nikmati di resto ini. Masih ada nasi goreng rawon, omelet, roti kuno, Kentang goreng londo dsb. Semua menu yang tersaji disini cukup nikmat dan harganya ngga bikin kantong menjerit. cucoklah buat dompet emak yang lagi tanggal tua. Oh iya, De colonial Resto ini terbuka untuk umum loh bukan hanya untukj tamu hotel. Tempatnya homy banget dan bisa menjadi referensi kamu yang ingin tea time bersama teman pun keluarga. Jika ingin menginap disini juga bisa. Soal rate kamar akan kita bahas di postingan berikutnya yaa..
Jadi buat kamu yang bingung mau makan dimana, artikel ini bisa membantu kamu untuk mencari solusi.
Jadi pengen makan nasi goreng rendangnya hehehe
BalasHapusRempahnya pas . Sebuah kolaborasi yang unik
HapusPenasaran Nasi Goreng rendangnyaaa. Kudu banget dicoba kalau ke Malang
BalasHapusAyoo aku traktir kalau ke malang
HapusJadi pingin makan
BalasHapusSukses istanabundavian