Libur selalu menjadi hari yang dinanti baik oleh pelajar maupun pekerja. Namun tidak semua libur nasional memberi kesan yang dalam di hati masyarakat. Biasanya liburan dilalui dengan berbagai aktivitas baik travelling ataupun staycation. Saat masih tinggal di Bali dulu, salah satu libur nasional yang kami nanti adalah Maulid Nabi Muhammad S.A.W. Maulid Nabi di pulau ini terasa berbeda tidak seperti di pulau Jawa.
Foto pinjam di Sang Pencerah |
Mengapa Perayaan Maulid Nabi Muhammad Di Bali Terasa Berbeda?
Perayaan maulid nabi merupakan satu moment yang paling ditunggu oleh ummat muslim. Biasanya kami menyelenggarakan berbagai lomba menjelang hari lahirnya Rasullullah tersebut. Aneka lomba MTQ, puisisasi, terbangan dan berbagai lomba sepeda hias turut memeriahkan acara yang berlangsung setahun sekali ini. Semua muslim bersatu tanpa sekat. Kaya miskin tak lagi menjadi pemisah jarak. Namun ketika kami pindah ke pulau Dewata, dimana muslim merupakan golongan minoritas, semua menjadi terasa berbeda. Kebersamaan itu terasa sangat kental disana. Kami berkumpul di majelis yang lokasinya bisa jadi jauh dari pemukiman kami. Rasa persaudaraan di antara para perantauan ini menghadirkan kebahagiaan tersendiri.
Tradisi Berbagi Kue Apem
Bagaimana yang tidak bisa berkumpul di masjid?? Biasanya kami berkumpul di sekolah anak - anak sambil berbagi kue apem dan mengadakan lomba - lomba kecil antar siswa. Setiap siswa berkewajiban membawa 1 kotak kue yang berbeda - beda.
Setiap moment Maulid Nabi ada 1 jenis kue yang selalu ada yaitu kue apem. Sebenarnya ini adalah salah satu tradisi Jawa yang sudah turun temurun ada sejak jaman Sunan Gunung Jati yang mana kue Apem ini mempunyai maksud untuk tolak bala ( menolak bencana dan penyakit). Kue yang terbuat dari tepung beras ini seketika menjadi primadona di moment Maulid. Begitupun yang terjadi di kota lain.
Nama kue Apem sendiri berasal dari bahasa Arab "Affan" yang mempunyai arti ampunan. Dengan membagi kue apem ummat muslim juga memohon maaf pada sesama dan melebur dosa. Aktivitas ini juga merupakan wujud permohonan ampun terhadap Sang Pencipta.
Di Klaten Jawa Tengah, perayaan maulid nabi dimeriahkan dengan kehadiran 2 gunungan kue apem yang dibedakan menjadi Kue Apem "Jalar" dan "Estri". Gunungan tersebut di arak menuju kompleks makam Ki Ageng Gribig untuk dibacakan doa bersama dan selanjutnya diserbu oleh puluhan warga. Tradisi seperti ini yang tidak akan kita jumpai di Pulau Dewata. Tradisi yang dikenal dengan sebutan "Yaa Qowiyyu " dipercaya warga dapat mendatangkan rezeki.
Asal Muasal Tradisi Ya Qowiyyu
Menurut kisah yang pernah saya dengar tradisi ini bermula dari zaman Ki Ageng Gribig. Saat Beliau ziarah ke Mekkah di tanggal 15 bulan Safar, beliau mendapatkan kue apem yang masih hangat. Di bawalah pulang kue itu ke Jatianom tempat tinggalnya. Ternyata kuenya masih tetap hangat dan dia membagikan kue tersebut kepada anak cucunya. Namun, jumlah oleh-oleh itu tidak cukup sehingga dia meminta sang istri untuk membuatkan kue apem dan membagikannya kepada keluarga yang belum dapat. Ki Ageng Gribig juga memerintahkan kepada warganya agar setiap bulan Safar untuk berbagi kepada sesama.
Jadi Ya Qowiyyu bukanlah ajaran rasulullah melainkan sebuah tradisi yang hanya ada di pulau Jawa untuk menghormati Maulid Nabi Muhammasd S.A.W dan mengeratkan silahturahmi sesama ummat muslim
O, gitu toh muasalnya. bapakku doyan banget kue apem. Aku enggak. hehehehehe
BalasHapusAku sukaaa.. Enak loh mba. Kaya kue mangkok semarang aku suka
HapusHoooo saya pernah denger nih, tradisi bagi-bagi kue apem pas maulud nabi. tapi saya belum pernah ngelakuinnya wkkw :D
BalasHapusDuluu pas kecil masih sempet ngalami.sekarang dah ngha pernah
HapusAku komen di blog mas febri kok munculnya akun wordprezzku yaa..bukan yang ini
Hapus